Sabtu, 10 April 2010

A. PENGERTIAN ANTROPOBIOLOGI

Antropobiologi adalah mempelajari tentang korelasi dari perkembangan fungsi biologis manusia yang mempengaruhi prilaku individu.

Antro suatu ilmu yang menyelidiki bentuk-bentuk penampilan lahiriyah ( anatomi perbandingan ) dan gejala-gejala hidup . Disini yang menjadi sasaran penelitian bukannya kemampuan atau sifat manusia dari hasil belajar , tetapi watak-watak manusia berdasarkan keturunan.

Contoh : hormon seksual pada masa perkembangan remaja, memberikan pendekatan biologis dalam memahami prilaku remaja yang aktif terhadap lawan jenis.

Antropobiologi memberikan rumusan tentang fungsi biologis, salah satunya adalah endorologi yaitu ilmu tentang hormondan cairan dalam tubuh manusia. Cairan-cairan dalam tubuh menjelaskan bahwa prilaku manusia dipengaruhi unsur biologis tersebut. Sebaliknya prilaku dapat mempengaruhi aktifitas hormon dan cairan tubuh manusia. Ilmu tersebut diatas adalah memberikan konsep ilmu berupa alternatif solusi yang bersifat prefentif , preservtif dan kuratif terhadap keseimbangan fisik dan psikis manusia. Antropobiologis subtansinya meliputi subjek hidup dan subjek yang telah menjadi rangka, bioarkeologi berfokus pada subjek yang telah menjadi rangka dari situs arkeologis dan situs historis.


B. RUANG LINGKUP ANTROPOBIOLOGI

Ruang lingkup antropobiologi adalah mempelajari

- cara berpikir dan berprilaku di masyarakat

kesadaran di masing-masing individu mungkin sudah muncul, namun kesadaran untuk saling peduli rasanya masih sangat kurang, sehingga dibutuhkan kesadaran bersama untuk membudayakan perilaku menegur. Menegur hanya dengan seorang diri kelihatannya belum cukup ampuh saat ini, namun apa jadinya jika teguran itu datang dari kita secara bersama dengan rasa kepedulian yang tinggi. Dalam hal ini apapun, kapanpun serta dimanapun. Sehingga benar benar menikmati fasilitas umum yang bebas dari asap rokok, dan bersama kita mengiyakannya dengan kata.

- terjadinya evolusi makhluk manusia

evolusi berarti perubahan sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini di sebabkan oleh kombinasi tiga proses utama, variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini di bawa oleh Gen yang di wariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup. Sifat-sifat ini bervariasi dalam suatu populasi ketika orgasme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan Gen oleh mutasi ataupun transfer Gen antar populasi dan antara spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, kombinasi, Gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi.

- perkembangan dan penyebaran budaya

antropologi sebagai salah satu bidang keilmuan memiliki perbedaan dengan disiplin ilmu lainnya baik dari segi ruang lingkup, pendekatan, pokok perhatian dsb. Antropologi mencoba untuk mencari jawaban siapakah dan apakah itu, meski tidak dapat didefinisikan secara terbatas.

Bahasa Indonesia pada perkembangan budaya menyaksikan serangkaian revolusi dalam bidang ilmu bahasa, sebagai akibat perkembangan politik, seperti halnya di Indonesia yang memproklamasikan bahasa Indonesia puluhan tahun yang lalu dan sebagian lagi mungkin sebagai akibat peledakan penduduk urbanisasi atau kemajuan tehnologi. Seperti terungkap sebuah dialek yang dalam skala nasional dianggap tidak menonjol, tetapi karena dipakai oleh masyarakat di pusat kegiatan politik/ekonomi/budaya, kemudian menjadi dialek yang penting, karena penyebarannya meluas didukung oleh tehnologi media masa yang maju.

- anatomi tubuh manusia

anatomi manusia atau antropotomi ialah sebuah bidang khusus dalam anatomi yang mempe4lajari tubuh manusia, sedangkan jaringan dipelajari dihistologi dan selsitologi. Tubuh manusia dan tubuh hewan terdiri atas sistim dan organ-organ serta jaringan/sel.

Dilihat dari sudut kegunaan, bagian yang paling penting dari anatomi khusus adalah yang mempelajari tentang manusia dengan berbagai macam pendekatan yang berbeda dari sudut medis, anatomi terdiri dari berbagai pengetahuan tentang bentuk, letak, ukuran dan hubungan berbagai struktur dari tubuh manusia sehat, sehingga sering disebut sebagai anatomi deskriptif atau topografis, kerumitan tubuh manusia menyebabkan hanya ada sedikit ahli anatomi manusia professional yang benar-benar menguasai bidang ilmu ini, sebagian besar memiliki spesialisasi di bagian tertentu seperti otak atau bagian dalam. Anatomi topografi harus dipelajari dengan pembedahan dan pemeriksaan berulang kali pada tubuh manusia yang telah meninggal, anatomi bukan sekedar ilmu biasa. Namun harus benar-benar mempunyai keakuratan yang tinggi karena dapat digunakan dalam situasi yang darurat.


C. HUBUNGAN KEBUDAYAAN (ADAT ISTIADAT) DENGAN STIMULASI ANAK USIA DINI

Definisi kebudayaan adalah suatu keanekaan dalam suatu lingkup besar dari kenyataan hidup manusia, yang bentuknya tidak ditentukan oleh keturunan , semua yang sudah mendapatkan bentuk oleh aktifitas manusia dari hasil belajar, tetapi watak manusia berdasarkan keturunan.

Kecenderungan suatu kebudayaan akan bertahan atau sukar di ganti dengan unsur-unsur baru/budaya asing sangat di tentukan oleh hal-hal yang mempunyai fungsi dan sudah di terima masyarakat luas.

Budaya diperoleh melalui proses sosialisasi sejak usia dini yang mencakup agama/religi yang dianut masyarakat ideologi dan falsafah hidup bangsa.

Budaya dan kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartika sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin colere yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang di terjemahkan sebagai “ kultur” dalam bahasa Indonesia kebudayaan sangat erat hubungannnya dengan masyarakat. Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah : CULTURAL DETERMINISM” . HERSKOVITES memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganik, menurut ANDREAS EPPINK, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistic yang menjadi cirri khas suatu masyarakat. Menurut EDWARD B. TYLOR, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan yang lain, yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Dari definisi tersebut , dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem, ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan ini bersifat abstrak.

Hubungan kebudayaan dengan anak usia dini memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Misalnya melalui bahasa, dengan pujian kepada anak memang di perlukan, tapi hendaknya kitapun tahu kapan waktu yang tepat untuk menyampaikannya dan pujian itupun kita berikan dalam porsi yang tepat juga.melalui pengetahuan misalnya, konsep diri adalah bagian yang sangat penting dalam kepribadiandan hidup kita karena selain menyangkut aspek pengetahuan juga aspek perasaan dengan memiliki konsep yang baik. Kita akan merasa diri berharga serta memiliki kehidupan yang memuaskan di lingkungan.


CONTOH ADAT ISTIADAT DI DAERAH BANTEN UNTUK USIA DINI

- pada saat anak usia 1 sampai dengan 2 bulan orang tua selalu memakaikan gurita atau bayi di bedong. Mitosnya agar anak tidak gampang masuk angin, dan di bedong agar pada saat anak nanti bisa berjalan bisa bagus jalannya.

- Pada saat anak baru bisa berjalan biasanya, anak didudukkan di kerumunan anak-anak/ temannya kemudian disawer oleh orang tuanya. Mitosnya pada saat besar nanti rezekinya banyak.

POLA KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA DI BANTEN

Ø TEHNOLOGI DAN MATA PENCAHARIAN

Tehnologi transportasi di Banten sudah sangat memadai, misalnya transportasi darat, transportasi laut, , ada yang di sebut penyebrangan merak. Banten juga mempunyai bandara internasional yang sangat baik. Umumnya mata pencaharian di Banten, pekerja pabrik namun masih ada juga petani dan nelayan.

Ø BAHASA DAN KESENIAN DI BANTEN

Banten dalam kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa banten dan sunda. Kesenian Banten seperti Debus, Rampak Beduk dll.


PERMAINAN TRADISIONAL ANAK USIA DINI YANG KIAN TERSISIH

Permainan tradisional adalah permainan yang dimainkan oleh anak-anak Indonesia dengan alat-alat yang sederhana, tanpa mesin, bahkan ada yang hanya bermodal ‘awak waras’ atau ‘badan sehat’. Maksudnya, asalkan anak tersebut sehat, maka ia bisa ikut bermain. Jenis permainan ini juga sering disebut ‘dolanan’. Permainan tradisional bukanlah permainan yang tanpa makna melainkan permainan yang penuh nilai-nilai dan norma-norma luhur yang berguna bagi anak-anak untuk memahami dan mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan. Oleh karena itu, permainan tradisional yang diciptakan oleh leluhur bangsa ini pun berdasar atas banyak pertimbangan dan perhitungan. Hal ini karena leluhur kita mempunyai harapan agar nilai-nilai yang disisipkan pada setiap permainan tersebut dapat dilaksanakan anak-anak dalam setiap tindakan dan perbuatannya dengan penuh kesadaran atau tanpa adanya paksaan.
Dari sedikit uraian diatas kiranya sudah jelas, bahwa permainan traisional memang bukan penentu pokok baik atau tidaknya bangsa kita, mengingat banyak hal yang jauh lebih berpengaruh dalam hal ini. Namun, suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri pula, bahwa permainan tradisional ini akan banyak memberi pengaruh bagi masa depan bangsa karena nilai-nilai luhur yang tersirat didalamnya bisa melekat pada pemain-pemainnya, yakni anak-anak dan cucu-cucu kita kelak yang akan meneruskan perjuangan kita dalam mempertahankan bangsa ini.
Bila kita diberi pertanyaan apakah menurut kita permainan tradisional ini baik bagi anak-anak kita atau lebih dari itu bagi bangsa ini, tentunya rata-rata atau bahkan semua orang akan menjawab ‘baik’. Tetapi inti persoalannya ialah bukan hanya ‘baik’ atau ‘tidak baik’, melainkan ‘mau’ atau ‘tidak mau’. Maukah kita melestarikan bingkisan kecil dari nenek moyang kita ini? jawabnya mungkin bukan ‘mau’ atau ‘tidak mau’, malainkan justru balik bertanya tentang apakah permainan tradisional itu. Bagaimana kita mau melestarikannya jika kita tidak tahu jenis-jenis permainan ini dan cara memainkannya. Kenyataan ini menjadi suatu hal yang wajar ketika kita dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa bangsa ini telah banyak berubah seiring berkembangnya teknologi modern.

Sampai hari ini, kita masih mendengar ungkapan bahwa bangsa kita adalah bangsa besar, dengan khazanah alam-lingkungan maupun alam-budaya yang Sangat kaya, namun jarang kita temukan orang yang dapat menjelaskan seperti apa kekayaan budaya yang kita miliki. (Damardjati Supadjar, 2001: -)
Pernyataan dari kutipan diatas bukanlah pernyataan yang tanpa ada bukti. Banyak kebudayaan bangsa kita yang tidak kita kenal. Kita baru merasa memiliki setelah kebudayaan tersebut diakui sebagai buah karya bangsa lain. Seperti kasus baru-baru ini, kita meluapkan emosi kita setelah lagu daerah, batik, dan reog kita diakui oleh malaysia. Padahal kita sendiri tidak mau mempelajari dan menghayati warisan kebudayaan yang kita miliki tersebut. Jangan sampai kasus-kasus diatas terulang pada tarian tradisional.
Dahulu Nusantara mendapatkan kemudahan alami, berupa subur makmur tanah-air tetapi lalu lalai, bahwa kemudahan itu adalah karena perkenan-Nya, dependen-Nya. Maka ketika koloinalisme, imperalisme Barat secara aktif menyerang, Nusantra berada dibawah penderitaan penjajahan. Kini setelah merdeka, terdapat ancaman bahaya baru, yaitu sistem kemudahan buatan yang mereka tawarkan. Kini orang lalu menjadi objek perbuatan yang mereka tawarkan. Kini orang lalu menjadi objek penderita dari kemudahan-kemudahan amalan mereka. (Damardjati Supadjar, 2001: 107) Suatu kenyataan, bahwa banyak masyarakat Indonesia mulai dari anak-anak sampai mereka yang telah dewasa pun kini asyik di depan layar TV, komputer, dan handphone untuk bermain game. Mereka bahkan rela merogoh kocek yang tidak sedikit untuk melengkapi aplikasi game mereka. Hal tersebut tidak mengherankan karena permainan ini tidak memerlukan tempat khusus dan luas serta bisa dimainkan sendiri. Permainan ini pun telah menggunakan teknologi modern sehingga dengan memainkannya mereka tidak akan dikatakan ketinggalan zaman. Berbeda dengan permainan modern ini, permainan tradisional memang tidak menggunakan teknologi canggih bahkan terkesan kuno. Mungkin ketika kita mendengar kata tradisional saja kita sudah enggan untuk memainkannya. Akan tetapi, satu hal yang kita lupakan yakni makna dari permainan ini dan dampaknya bagi perkembangan anak terlebih lagi dalam hubungannya dengan interaksi sosial.

Permainan modern memang bisa dimainkan dimana saja dan kapan saja. Kita sering memainkannya di kamar tidur bahkan ada yang memainkannya ketika sedang di kamar mandi. Tidak jarang pula anak-anak membawa HP kesekolah untuk nge-game diwaktu istirahat atau ketika ada guru yang berhalangan hadir. Walaupun sejumlah sekolah melarang siswa-siswa membawa HP namun ternyata masih banyak siswa yang tetap membawa . Lebih dari itu, kita juga sering melihat orang-orang yang berada di halte; terminal; bandara; bahkan dipasar sekalipun sedang bermain game. Mereka memanfaatkan HP bukan hanya sekedar sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai sarana hiburan.
Selain HP, banyak cara untuk menikmati permainan modern ini. salah satu caranya adalah menyewa kaset game di rental-rental kemudian memainkannya di rumah dengan menggunakan komputer atau playstation yang dihubungkan dengan layar TV. Selain itu, kita juga dapat memperoleh aplikasi game dengan cara men-download di internet.
Begitu luasnya objek permainan modern ini sampai-sampai mahasiswa pun tidak terlepas dari belenggunya. Mahasiswa yang semestinya mengemban amanat orang tua untuk menuntut ilmu justru menghabiskan waktunya hanya untuk main game. Mereka asyik duduk di depan komputer sampai lupa waktu. Sayangnya mereka duduk di depan komputer bukan untuk mengerjakan tugas kuliah melainkan bermain game. Alasan yang mereka lontarkan rata-rata sama, yaitu untuk memperoleh hiburan setelah pulang kuliah. Akan tetapi kenyataannya, waktu mereka lebih banyak dihabiskan untuk bermain game dibandingkan untuk mengerjakan tugas kuliah. Ironis memang, sebuah hiburan lebih diutamakan kewajiban pokok sebagai mahasiswa.

Disaat permainan modern berkembang pesat dengan jenis-jenisnya yang makin variatif, permainan tradisional kini kian tersisih; tertinggal bahkan terlupakan. Mungkin saat ini hanya sedikit dari kita yang masih tahu jenis-jenis permainan tradisional seperti gatrik, lompat tali , petak umpet , benteng, gobak sodor, dakon, gasing, dan lain sebagainya. Bahkan bisa jadi permainan ini tidak dikenal anak-anak sekarang yang tinggal di kota-kota besar. Sangat aneh rasanya jika kita berharap mereka memainkanya sedangkan permainan ini terasa asing bagi mereka. Jenis permainan adalah :

Ø Benteng

Benteng adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup. syarat permainan ini, masing-masing grup hanya terdiri dari 4 sampai 8 orang. tetapi ini bukan syarat pokok dan tidak begitu dipermasalahkan karena jumlah anak yang ingin ikut bermain dalam permainan ini bisa lebih dari 20 anak. Jumlah peserta ini tergantung jumlah anak yang tinggal di suatu desa tempat anak-anak tersebut bermain. Bahkan jumlahnya kadang lebih dari 30 anak, karena anak-anak dari desa lain pun datang ketempat tersebut untuk ikut bermain. Apabila jumlah pemain terlampau banyak biasanya disiasati dengan pembagian peserta berdasarkan tingkatan kelas disekolah. Misal, memberikan kesempatan anak-anak yang masih duduk di kelas 1 sampai kelas 3 untuk bermain terlebih dahulu. Ketika mereka sedang bermain, anak-anak kelas 4 sampai kelas 6 berpartisipasi sebagai penonton sekaligus sebagai saksi dan juri agar idak ada pihak yang curang dalam permainan tersebut.

Syarat kedua, masing-masing grup memilih suatu empat ebagai markas . Markas ini biasanya sebuah tiang atau pohon sebagai ‘benteng’. Hal inilah yang menjadikan permainan ini dinamakan benteng. Lama atau tidaknya permainan ini ditentukan oleh mudah atau tidaknya benteng-benteng itu ditakhlukkan oleh oleh lawannya. setelah ada satu grup yang kalah maka ada pergantian pemain , yakni anak-anak kelas 4 sampai kelas 6 sebagai pemain dan anak-anak kelas 1 sampai kelas 3 sebagai penontonnya.
Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih ‘benteng’ lawan dengan menyentuh tiang atau pohon yang telah dipilih oleh lawan sebagai benteng dan meneriakkan kata ‘benteng’. Di desa saya, kata benteng ketika menyentuh tiang lawan ini diganti dengan kata ‘jek’. Oleh karenanya, permainan ini lebih di kenal dengan permainan ‘jek-jekan’. Kemenangan juga bisa diraih dengan ‘menawan’ seluruh anggota lawan dengan menyentuh tubuh mereka. Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi ‘penawan’ dan yang ‘tertawan’ ditentukan dari waktu terakhir saat si ‘penawan’ atau ‘tertawan’ menyentuh ‘benteng’ mereka masing - masing.

Anak yang paling dekat waktunya ketika menyentuh benteng berhak menjadi ‘penawan’ dan bisa mengejar dan menyentuh anggota lawan untuk menjadikannya tawanan. Tawanan bisa dibebaskan bila rekannya dapat menyentuh dirinya. Tawanan biasanya ditempatkan berjajar di sekitar benteng musuh dengan posisi tangan saling berpegangan satu dengan yang lain. Hal ini dimaksudan agar teman satu grup mereka bisa lebih mudah melepaskan mereka dari tawanan. Aka tetapi apabila jumlah anak yang ditawan banyak, penjaga benteng akan kesulitan mempertahankan bentengnya karena pasti akan di keroyok musuh dengan jumlah yang banyak dari arah yang berbeda. Dalam permainan ini, biasanya masing-masing anggota mempunyai tugas seperti ‘penyerang’, ‘mata - mata, ‘pengganggu’, dan penjaga ‘benteng’. Permainan ini sangat membutuhkan kecepatan berlari dan juga kemampuan strategi yang handal.

Ø Benthik / Gatrik

Permainan tradisional lainnya yang tak kalah serunya adalah benthik. Kebanyakan orang sering menamakannya gatrik. Gatrik merupakan permainan kelompok yang terdiri dari dua kelompok. 14 tahun yang lalu permainan ini juga merupakan permainan yang populer bagi anak-anak laki-laki di desa. Alat yang digunakan dalam permainan ini adalah dua potong kayu. Kayu yang biasa di pakai adalah potongan bambu kuning. Potongan yang satu berukuran kira-kira 30 cm dan potongan yang lainnya berukuran lebih kecil. Pertama-tama potongan yang lebih kecil diletakkan di antara dua batu lalu di pukul oleh pemain dengan menggunakan bambu yang lebih panjang, diteruskan dengan memukul bambu kecil tersebut sejauh mungkin. Pemukul akan terus memukul hingga beberapa kali sampai suatu kali pukulannya tidak mengenai/meleset dari bambu kecil tersebut. Setelah pemain pertama gagal mempertahankan pukulannya, maka anak berikutnya dari kelompok tersebut akan meneruskannya sampai giliran anak yang terkhir. Setelah permainan ini selesai maka kelompok lawan akan memberi hadiah berupa gendongan dengan patokan jarak dari bambu kecil yang terakhir hingga batu awal permainan ini dimulai. Makin jauh bambu kecil itu dilempar, maka makin enak digendong dan kelompok lawan akan lelah menggendong.

Ø Engkle

Permainan ini biasa dimainkan oleh anak-anak perempuan. Engklek mempunyai banyak jenis dan cara meminkannya. Diantaranya, engklek dengan area permainan yang menyerupai palang merah. yang dibagi-bagi menjadi 5 kotak dan ditambah 2 kotak sebagai tangga. Alat yang digunakan adalah pecahan genting atau batu sebagai umpan. Umpan ini dalam bahasa jawa biasa disebut ’gacuk’. Permainan ini juga merupakan permainan kelompok. Hadiahnya pun hampir sama dengan gatrik, yaitu kelompok yang menang digendong kelompok yang kalah. Pemain yang menang dalam undian suit berkesempatan bermain lebih dahulu. Pemain tersebut melempar gacuk kedalam kotak pertama pada area permainan yang berbentuk palang merah. Kemudian pemain melompat-lompat dengan satu kaki (engklek) pada kotak-kotak lain sampai kembali kekotak pertama sambil mengambil kembali gacuk yang tadi telah dilemparkan di kotak pertama. Selanjutnya pemain tersebut melempar gacuk ke kotak yang kedua lalu melompat-lompat lagi seperti cara yang pertama dan seterusnya sampai gacuk dilemparkan pada kotak yang terakhir.semakin besar angka kotak yang harus dilempari gacuk, maka semakin jauh pula gacuk harus dilemparkan. Apabila pemain tidak dapat melempar gacuk kedalam kotak yang semestinya, maka permainannya dianggap mati dan kelompok lawan berkesempatan untuk bermain. Kelompok yang dapat menyelesaikan tugasnya melempar gacuk sampai kotak yang terakhir, maka kelompok inilah yang menang dan berhak di gendong ke suatu tempat yang telah disepakati bersama.

Sebenarnya masih banyak jenis-jenis permainan tradisional lain yang tak kalah seru untuk dimainkan


BUKU SUMBER

- http://www.wikipedia.org/wiki/evolusi

- http://waspada.co.id/indek?

- http://angkringan.or.id/page.php?id=925